Generasi muda
mendatang harus menjadi pelopor wirausahawan.
Kesadaran
berwirausaha penduduk Indonesia masih sangat rendah. Bagi sebagian mereka yang
bekerja pada instansi swasta maupun pemerintah sudah merasa nyaman dengan
menerima gaji rutin setiap bulan.
Berapa pun besarnya gaji yang diterima, mereka syukuri. Mereka berpikir di luar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung dirinya.
Ada banyak hal yang mereka dipertimbangkan saat memutuskan untuk resign dari pekerjaan tetapnya dan memilih untuk berwirausaha.
Contohnya, terbatasnya modal,
bingung menentukan jenis usaha yang akan dijalankan, relasi bisnis masih
terbatas, hingga perasaan takut gagal.
Maka tak mengherankan, menurut catatan, baru 1,65 persen atau hanya 1,95 juta orang dari angkatan kerja yang menjadi wirausaha di Indonesia.
Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2013, mencapai 118,2 juta orang atau bertambah 140 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari seluruh angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2013, sebanyak 110,8 orang.
Pada Agustus 2013, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar ke bawah masih mendominasi, yaitu sebanyak 52 juta orang atau 46,95 persen, pada jenjang pendidikan diploma 2,9 juta orang atau 2,64 persen, dan pendidikan universitas 7,6 juta orang atau 6,83 persen.
Maka tak mengherankan, menurut catatan, baru 1,65 persen atau hanya 1,95 juta orang dari angkatan kerja yang menjadi wirausaha di Indonesia.
Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2013, mencapai 118,2 juta orang atau bertambah 140 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari seluruh angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2013, sebanyak 110,8 orang.
Pada Agustus 2013, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar ke bawah masih mendominasi, yaitu sebanyak 52 juta orang atau 46,95 persen, pada jenjang pendidikan diploma 2,9 juta orang atau 2,64 persen, dan pendidikan universitas 7,6 juta orang atau 6,83 persen.
Idealnya dua persen
Terkait minimnya kewirausahaan di Indonesia, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Prakoso Budi Susetyo, menuturkan idealnya minimal dua persen dari angkatan kerja adalah wirausahawan.
Namun, ia yakin bahwa tahun ini jumlah wirausahawan akan meningkat dan memenuhi batas ideal dua persen itu. "Karena, kewirausahaan nasional sudah terlihat cukup bergema di masyarakat," ujarnya, Selasa 4 Februari 2014.
Rektor UGM, Pratikno, dalam kesempatan yang sama, mengatakan bahwa orientasi masyarakat Indonesia saat ini masih sebagai pencari lapangan kerja.
Sementara itu, orientasi untuk menciptakan lapangan kerja dengan menjadi wirausaha masih sangat rendah.
"Di Amerika Serikat, jumlah wirausaha mencapai angka 10 persen dari total angkatan kerja. Sedangkan di Singapura, mencapai empat persen dan Malaysia tiga persen. Di Indonesia masih kurang dari dua persen," kata Pratikno.
Presiden
meminta generasi muda menjadi pelopor
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta generasi muda mendatang harus menjadi pelopor wirausahawan di Indonesia. Ciptakan lapangan kerja, jangan mengandalkan yang sudah ada.
Presiden menegaskan bahwa peningkatan lapangan pekerjaan saat ini selalu menjadi perhatian pemerintah. Apalagi, pemerintah memiliki batasan dalam menciptakan lapangan kerja khususnya untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Banyak yang mau jadi pegawai, TNI, Polri, tetapi ada batasnya. Kami tidak mungkin menambah kapasitas PNS, TNI, Polri, tetapi tak sebesar itu yang kita butuhkan," ujar Presiden.
Sementara itu, untuk mendukung sektor riil yang masih minim diakses perusahaan pembiayaan (multifinance), khususnya UKM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perusahaan pembiayaan untuk mengembangkan sasaran pembiayaannya.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri
Keuangan Non Bank OJK, Firdaus Djaelani, mengungkapkan bahwa pihaknya akan
mengeluarkan aturan baru yang mengatur perluasan cakupan perusahaan pembiayaan
tersebut.
"Kami akan kembangkan lagi yang ritel-ritel. Misalnya, pembiayaan UKM ada banyak yang sudah meminta. Buka warung itu nanti bisa dibiayai perusahaan pembiayaan," ungkapnya.
Dia mengatakan, pengembangan bisnis perusahaan pembiayaan ini dilakukan untuk memecahkan persepsi di masyarakat bahwa saat ini bidang usaha tersebut hanya identik dengan sektor otomotif atau sektor tertentu.
"Kalau sekarang, seolah pembiayaan hanya di otomotif, kemudian elektronik. Tetapi, ada yang main alat berat. Leasing pesawat juga ada," ujarnya.
"Kami akan kembangkan lagi yang ritel-ritel. Misalnya, pembiayaan UKM ada banyak yang sudah meminta. Buka warung itu nanti bisa dibiayai perusahaan pembiayaan," ungkapnya.
Dia mengatakan, pengembangan bisnis perusahaan pembiayaan ini dilakukan untuk memecahkan persepsi di masyarakat bahwa saat ini bidang usaha tersebut hanya identik dengan sektor otomotif atau sektor tertentu.
"Kalau sekarang, seolah pembiayaan hanya di otomotif, kemudian elektronik. Tetapi, ada yang main alat berat. Leasing pesawat juga ada," ujarnya.
Skema
khusus untuk cetak 55 juta wirausaha muda
Baru-baru ini para pebisnis se-Asia Pasifik menyerukan perlunya bantuan bagi usaha kecil dan menengah dalam pertemuan mereka di Pekan Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Nusa Dua, Bali.
Salah satu isu yang dibahas adalah bagaimana memberi kemudahan akses modal dan alih teknologi bagi UKM di Asia Pasifik.
Menanggapi hal itu, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Keriwausahaan Kementerian Koordinator Perekonomian, Edy Putra Irawady, mengaku pemerintah telah menyiapkan skema khusus untuk UKM.
Pemerintah,
kata Edy, menargetkan bisa mencetak wirausahawan muda hingga 2025 sebanyak 55
juta orang.
Ia pun optimistis Indonesia dapat menjadi sentra niaga di Asia Pasifik. "Indonesia punya modal kuat. Terutama, dengan hasil kebijakan APEC yang kini dibahas," ujar Edy.
Selama ini, Indonesia memiliki kualitas produk yang baik. Beberapa daerah juga memiliki potensi kuat produk ekspor. Sebut saja Bali, sebagai salah satu daerah yang dianggap sudah baik dalam hal ekspor ke luar negeri. "Bali pusat marketing preneur," tuturnya.
Ia pun optimistis Indonesia dapat menjadi sentra niaga di Asia Pasifik. "Indonesia punya modal kuat. Terutama, dengan hasil kebijakan APEC yang kini dibahas," ujar Edy.
Selama ini, Indonesia memiliki kualitas produk yang baik. Beberapa daerah juga memiliki potensi kuat produk ekspor. Sebut saja Bali, sebagai salah satu daerah yang dianggap sudah baik dalam hal ekspor ke luar negeri. "Bali pusat marketing preneur," tuturnya.
Salam Sehat dan Sukses
facebook: Melilea Masohi Club
(Gabung ya....! )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar